Metapers.com - Sepeninggalan Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero
jazirah Arab, Islam terus melakukan expansi di bawah kendali pada khalifah
Ar-Rasyidin dan selanjutnya dilanjutkan oleh rezim Umayyah kemudian rezim
Abbasyiah, di akhir pemerintahan Abbasiyah Islam semakin merosot selama
beberapa abad.
Ditengah-tengah keterpurukan isLam muncullah tiga kerajaan
besar, kerajaan Turki Usmani ( Ottoman ) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia
dan kerajaan Mughal di India. Dalam makalah ini penulis akan mengangkat
pembahasan tentang Kerajaan Safawiyah, dari awal berdirinya hingga akhir
pemerintahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal
berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya ?
2. Siapakah sultan sultan kerajaan Safawi?
3. Bagaimana kemajuan kerajaan
Safawi ?
4. Bagaimana kemunduran
kerajaan Safawi ?
5. Apa ibrah yang di dapat dalam perkembangan
islam pada masa Kesultanan Safawi ?
C. Manfaat dan Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui sejarah
berdirinya Kerajaan Safawiyah.
2. Mengetahui Sultan sultan Kerajaan Safawi
3. Mempelajari kemajuan yang
dialami Kerajaan Safawi.
4. Mempelajari kemunduran kerajaan tersebut.
5. Mengambil ibrah dan meneladani
perkembangan islam pada masa Kesultanan Safawi
A. Sejarah Muncul dan
Berkembang Kerajaan Safawi
1. Proses Pembentukan Kerajaan Safawi
Kerajaan
Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Secara etimologis nama
kerajaan “Safawi” berasal dari kata Safi yang diambil nama seorang sufi bernama
Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M pendiri tarekat Safawiyah. Terekat
safawiyah yang berdiri pada tahun 1301 M di ardabil, azerbaijan merupakan cikal
bakal kesultanan safawi. Pendiri safi al-din merupakan keturunana musa
al-kazim, imam syah keenam.
Murid-murid
tarekat safawiyah kemudian terjun ke dunia politik pada masa kepemimpinan
juneid ( 1447-1460 ) m. Perubahan gerakan dari keagamaan ke politik membuat
pengusa qara qoyunlu,
salah satu bangsa turki, yang ketika dipimpin oleh jahansyah marah. Juneid
kemudian meminta perlindungan dari penguasa Aq Qoyunlu yangbernama khan uzun
Hasan . junaid wafat dalam usahanya merebut daerah sircasia pada tahun 1460 m. Kedudukannya kemudian
digantikan oleh anaknya,Haidar. Haidar menikah dengan salah satu putri uzun
hasan,martha alamsyah begum,dan memiliki seorang putra bernama ismail. Ismail
inilah yang kelak mendirikan kesultanan safawi.
Penguasa
Aq Qoyunlu menganggap haidar dan kekuatan meliternya sebagai rival. Ketika Haidar mencoba merebut Sisilia
( Sirkasia ) daerah-daerah Kristen di Utara dan Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan
bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar kalah ia pun terbunuh.
“Kecenderungan Haidar menyerang
daerah-daerah Kristen di Utara di
mungkinkan untuk memperoleh daerah pijakan yang akan memperkuat basis politik
yang independen karena selama ini Safawi hanya merupakan dinasti politik
spiritual tanpa tanah air”. [1][5]
“Meskipun Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi
namun ia sempat memberikan atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban
merah yang berumbai 12, sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). Rumbai 12 yang
menjadi lambang Syiah isna ‘asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam
menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut syiah”.[2][6]
2. Berdirinya Kerajaan Safawi Secara
Resmi
Ali yang menggantikan ayahnya, haidar, berniat menuntut balas
atas kematian ayah nya. Namun,
yakub
pemimpin Aq Qoyunlu, menangkap
dan memenjarakan ali dan dua saudaranya,ibrahim, ismail, serta ibunya di fars
selama 4 tahun. Mereka dibebaskan oleh putra mahkota Aq Qoyunlu rustam dengan
syarat membantunya memerangi saudara sepupunya setelah misi berhasil,ali
kembali ke ardabil. Namun,pada tahun 1494 masehi ,rustam kembali menyerang ali
dan saudaranya hingga ali tewas pada penyerangan itu.
Tampuk
kekuasaan pun berpindah tangan ke ismail. ismail membantu pasukan yang di beri
nama Qizilbash (baret merah). Pasukan itu di persiapkan ismail untuk
menyerang Aq Qoyunlu. Pada tahun 1501 masehi, ismail dan pasukannya berhasil
mengalahkan Aq Qoyunlu. Qizilbash terus menggempur dan berhasil menduduki ibu
kota Aq Qoyunlu,tabriz. Di kota itu lah,ismail memproklamirkan dirinya sebagai
sultan pertama dari kesultanan safawi dan bergelar ismail 1 dan menjadikan Syi’ah sebagai
ideologi negara.
3.
Perkembangan Kerajaan Safawi
Ismail 1 berkuasa
selama kurang lebih 23 tahun(1501-1524M). Pada 10 tahun pertamanya menjadi
sultan,dia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya keseluruh persia dan bagian
timur daerah bulan sabit subur.
Ismail 1 terus mengembangkan
wilayahnya sampai kesultanan turki utsmani. Pasa tahun 1514 M, ismail terlibat
peperangan dengan pasukan turki utsmani yang di pimpin oleh sultan salim.
Namun, ismail dan pasukannya kalah dan sultan salim berhasil menduduki Tabriz.
Kemabalinya sultan turki utsmani ke turki karena perpecahan militer di
kesultananya menyelamatkan kesultanan safawi dari kehancuran.
Sepeninggal
Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut, terjadi beberapa
perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II
(1576-1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja Safawi
mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang lebih
kuat, dan juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan
Safawi sendiri.
Kerajaan
Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:
1)
Ismail I (1501-1524 M)
2)
Tahmasap I (1524-1576 M)
3)
Ismail II (1576-1577 M)
4)
Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)
5)
Abbas I ( 1587-1628 M)
6)
Safi Mirza (1628-1642 M)
7)
Abbas II (1642-1667 M)
8)
Sulaiman (1667-1694 M)
9)
Husein I (1694-1722 M)
10)
Tahmasap II (1722-1732 M)
11)
Abbas III (1732-1736 M)
B.
Penguasa-penguasa Kerajaan Safawi
Di
bawah ini merupakan penguasa-penguasa kerajaan Safawi di Persia
1.
Syah Isma’il I (1501-1524 M). merupakan tokoh yang memprakarsai atau
pendiri kerajaan Safawi dan berkuasa selama 23 tahun.[17]
2.
Tahmasp I (1524-1576 M). yang merupakan raja kedua kerajaan Safawi, beliau
cukup lama memerintah yaitu selama 52 tahun dan meninggal pada tanggal 14
Mei 1976.
3.
Isma’il II (1576-1577 M), merupakan putera Tahmasp yang kedua, Ia pernah
memimpin peperangan melawan bangsa Turki Usmani.
4.
Muhammad Khudabanda (1577-1587 M), merupakan putera tertua dari Tahmasp. Pada
awal pemerintahannya, Ia menangkap Ratu Peri Khan Hanim yang dianggapnya mush
besarnya yang menghalang-halangi kenaikan tahtanya.
5.
Abbas I (1587-1628 M) , pada usianya yang ke-17 tahun, Ia naik tahta
kerajaan dan diberi gelar Abbas Syah yang agung. Pada saat
kepemimpiannya, Ia selalu mendaptkan serangan dari orang-orang Turki.
6.
Safi Mirza (1628-1642 M) merupakan Syah yang lemah dalam pemerintahan, namun
sangat kejam kepada musuh besarnya dan sangat pencemburu
7.
Abbas II (1642-1667 M), Ia naik tahta pada usia 10 tahun. Pada masa
pemerintahannya kerajaan Iran kembali makmur dan bahagia.
8.
Sulaiman (1667-1694 M), Syeh Sulaiman ini tidak mempunyai perhatian terhadap
masalah pemerintahan dan gemar minum Khamer dan wanita.
9.
Husein I (1694-1722 M), merupakan seorang Raja yang baik hati, lemah
lembut dan religius.
10.
Tahmasp II (1722-1732 M)
11.
Abbas III (1732-1736 M)
C. Wujud dan Corak Kemajuan Kerajaan
Safawi
1. Kemajuan di Bidang Politik
Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak
langsung terjadi pada masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi
yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja
yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar
sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah
memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab
negara. Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu
perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya.
Seperti di
katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628). Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia
17 tahun. Ketika Abbas memerintah kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak
stabil. Syah Abbas menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki situasi
tersebut, antara lain:
a)
Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk
pasukan baru yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen
di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap
I (1524-1576) di beri nama “ Ghulam”.
b)
“Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji
menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan
tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman)
dalam khutbah jum’atnya”[3][9].
Secara politik
Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan integritas wilayah negara
yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh. Angkatan
bersenjata yang di sebut “ghulam”,
dalam proses pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan
dari dua orang Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly.
Mereka mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara
yang modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di
pandang sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani
di Eropa yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan
dua orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini
terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan “Cakrabirawa” oleh Syah sendiri.
Kemajuan lain di
bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya merebut
kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki Usmani.
2.
Kemajuan di bidang Ekonomi
Dengan angkatan perang “ghulam” Syah Abbas
mampu melakukan expansi pada tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw
dan Balkh. Kemudian pada tahun 1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan
pelabuhan Gumrun.
Perkembangan
pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai kepulauan Hurmuz
dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di karenakan Bandar
ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur. Dengan ini,
Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di teluk
Persia yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan Rusia.
Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi
seperti Harat, Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian,
Safawiyah mengalami kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).
3. Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur
Ibu kota Safawi adalah kota yang sangat
indah. Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu kotanya
Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal, terdapat 162 buah Masjid, 48 buah
Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237 unit
pemandian umum. “Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah yang di
bangun pada 1603 M dan selesai 1618 M, merupakan sebuah Oratorium yang di
sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan
terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai pada 1629
M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung pusat
pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi
simbol bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat
pemandian, Caravansaries, mesjid dan perguruan”[4][10]. Syah Abbas juga membangun Istana
yang megah yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah
jembatan besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.
4. kemajuan di bidang Filsafat dan Sains
Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains
bangkit kembali di dunia islam, dan khususnya di kalangan orang Persia yang
berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya
dengan Aliran Syiah yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi Negara.
Dalam Syiah
terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda dalam memahami
ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat para
mujtahit syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari
Al-qur’an dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli
inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat
dukungannya dalam mazhab Muktazilah pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan pada
terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di
dunia Islam yang kemudian melahirkan beberapa filosuf dan Ilmuan.
Ada dua
aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu “aliran filsafat perifatetik”
seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan “aliran filsafat
israqi” yang di bawa oleh Suhrawardi
pada abad XII.
Beberapa
tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad alias
Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah
Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi.
“Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya”,[5][11] dan Baha Al-Syerazi seorang
generalis Ilmu Pengetahuan. “Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas
sendiri ikut aktif dalam penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu
menjadi pusat pengenbangan kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar”[6][12].
D. Kemunduran dan Kehancuran
Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I, kerajaan Safawi berturut-turut dipimpin oleh enam raja, yaitu Safi
Mirja (1628 - 1642 M), Abbas II (1642 – 1667 M), Sulaiman (1667 – 1694 M),
Husein (1694 – 1722 M), Tahmasap II (1722 – 1732 M) dan Abbas III (1733 – 1736
M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkkan
grafik naik dan berkembang, tapi justru memperlihatkan yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Adapun
sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi yaitu:
1.
Adanya konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan
Safawi yang bermazhab Syiah merupakan sebuah Ancaman Bagi Kerajaan Usmani
sehingga tidak pernah ada perdamaian antara kedua kerajaan besar ini.
2.
Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi,
yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Kerajaan Sulaiman
pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah
sekalipun menempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Syah
Husein.
3.
Pasukan Ghulam yang di bentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti QizilBash. Hal ini di karenakan mereka tidak
memiliki ketahanan mental kerena tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak
memiliki bekal rohani. Kemorosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.
Sering terjadinya konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga Islam.
5.
“ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun,
sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah”.[7][13]
Raja-raja yang memerintah setelah Abbas I adalah sebagai
berikut:
No
|
Nama
Raja
|
Masa
Berkuasa
|
Indikasi
Kemunduran
& Kehancuran
|
1
|
Safi
Mirza
|
1628-1642
|
- Jiwa lidershipnya lemah.
- Sangat kejam terhadap para
pembesar Kerajaan.
- Memiliki sifat cemburu terhadap
petinggi kerajaan.
- Kota Qandahar lepas dan diduduki
Kerajaan Mughal (Sultan Syah Jehan).
- Dan Bagdad direbut oleh Kerajaan
Turki Usmani.
|
2
|
Abbas
II
|
1642-1667
M
|
- Sifat dan Moralnya jelek.
- Pemabuk/suka minum minuman keras.
|
3
|
Sulaiman
|
1667-1694
|
- Kejam terhadap para pembesar Kerajaan, terutama terhadap
orang-orang yang dicurigainya
- Karena sifat & moralnya yang buruk itu rakyat bersikap
masa bodoh terhadap pemerintahannya
|
4
|
Husen
|
1694-1722
M
|
- Memberi kekuasaan yang besar kepada para ‘ulama Syi’ah.
- Ulama Syi’ah sering slah guna kewenangan/kekuasaan yang
diberikan raja.
- Ulama Syi’ah sering memaksakan pendapat terhadap penganut
aliran Sunni sehingga membuat golongan Sunni marah.
- Konflik yang terjadi antara golongan Syi’ah dengan Sunni
berimplikasi pada sistem pemerintahan menjadi tidak stabil secara
berkelanjutan.
- Pernah terjadi pemberontakan bangsa Afghan yang di pimpin
oleh Mir Vays yang kemudian digantikan oleh Mir Mahmud. Pada masa
pemberontakan Mir mahmud ini, kota Qandahar lepas dari safawi, kemudian
disusul kota Isfahan. Pada 12 oktober 1722 M Shah Husein menyerah.
|
5
|
Tahmasp
II
|
1722-1732
M
|
Dengan dukungan dari suku Qazar
Rusia, ia memproklamirkan diri sebagai raja yang berkuasa atas Persia dengan
pusat kekuasannya di Astarabad. Kemudian ia bekerja sama dengan Madhir Khan
untuk memerangi bangsa Afghan yang menduduki kota Isfahan. Isfahan berhasil
direbut dan Safawi kembali berdiri. Kemudian Tahmasp II dipecat oleh Nadir
Khan pada 1732 M.
|
6
|
Abbas
III
|
1732-1736
M
|
- Tidak berpengalaman.
- Pada 1736 M, Abbas III dilengserkan kemudian kerajaan
Safawi diambil alih oleh Nadir Khan. Dengan begitu, maka berakhirlah kerajaan
Safawi.
|