BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh
pipih. Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan
simetris bilateral. Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis
bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga
tubuh (acoelomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing
pita adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan
air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
B. Tujuan
Masalah
Adapun tujuan dari makalah yang terkait
dengan Platyhelminthes adalah:
1.
Platyhelminthes
2.
Ciri-ciri
Platyhelminthes
3.
Struktur
Tubuh Dan Fungsi Tubuh Platyhelminthes
4.
Reproduksi
5.
Cara Hidup dan Habitat
6.
Klasifikasi
7.
Peranan Platyhelminthes
Dalam Kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Platyhelminthes
Platyhelminthes
berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing.
Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar
13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang bersifat parasit dan
satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas
Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau,laut, atau sebagai parasit di dalam
tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup bebas
adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada
siput air, sapi, babi, atau manusia.
B. Ciri-ciri
Platyhelminthes
Hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum
platyhelminthes memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
- Tubuhnya berbentuk pipih dengan beberapa bentuk seperti pita, keadaan tubuhnya lunak dan tidak memiliki segmen-segmen (berbuku-buku)
- Tidak memiliki sistem peredaran darah, sehingga pertukaran dan transfortasi zat terjadi secara difusi dan bernapas dengan seluruh permukaan tubuh.
- Sistem ekresinya bersifat sederhana yaitu tersusun dari sel sel bersilia, yaitu sel api atau sel sel bulu getar (selenosit)
- Memiliki kulit luar yang lunak, bersilia atau tertutup oleh lapisan kutikula yang dilengkapi dengan alat penghisap.
- Sisitem saraf terdiri atas ganglion otak dengan saraf-saraf tepi sehingga membentuk sistem saraf tangga tali
- Pencernaanya berupa rongga gastrovaskuler
- Reproduksinya berlangsung secara generatif dan vegetatif, (generatif) dengan perkawinan silang dan berlangsung fertilisasi internal, (vegetatif) dengan cara regenerasi, yaitu individu baru berasal dari bagian tubuh induknya.
- Ada yang bersifat parasit dan ada yang hidup bebas di perairan.
C. Struktur Tubuh Dan Fungsi Tubuh
Platyhelminthes
Tubuh memanjang pipih
dorsoventral tanpa segmentasi atau ruas ruas. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi
bagian anterior (bagian depan, kepala), posterior (bagian belakang, ekor),
dorsal (daerah punggung), ventral (daerah yang berlawanan dengan dorsal), dan
lateral (samping tubuh). Tubuhnya simetri bilateral, tidak memiliki rongga
tubuh (aselomata) dan tersusun atas tiga lapisan (tripoblastik) yaitu :
1.
Ektoderma (lapisan luar)
Ektoderma akan membentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak
dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak.
2.
Mesoderma (lapisan tengah)
Mesoderma akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan
jaringan ikat.
3.
Endoderma (lapisan dalam)
Endoderma akan membentuk gastrovaskuler sebagai saluran pencernaan
makanan.
D. Reproduksi
Reproduksi
Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual
akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan
sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh
semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan
reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian
regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
E.
Cara Hidup dan Habitat
Platyhelminthes
ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.
Platyhelminthes parasit yang hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya(ektoparasit).
Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan
tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh
inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
F. Klasifikasi
Platyhelminthes dalam sistem klasifikasi dibagi
atas empat kelas, yaitu turbellaria (cacing berambut getar) trematoda ( cacing
hisap) dan cestoda ( cacing pita), Monogenea.
1)
Kelas Turbellaria (Cacing Berambut Getar)
Ciri dan Karakteristik
·
memiliki
struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi sebagai alat gerak. Selain
menggunakan silia, hewan dari kelas ini bergerak menggunakan otot tubuhnya yang
menyerupai gelombang.
·
memiliki stigma/oseli (bintik
mata), yaitu indera yang peka terhadap rangsang cahaya dan aurikula
(telinga) sebagai indera peraba.
·
tidak memiliki sucker (alat
penghisap / pelekat).
·
Sistem syaraf
terdiri dari dua ganglia di bagian kepala.
·
sistem
pencernakan masih sederhana (mulut, faring, usus), mulut di bagian
ventral.
·
sistem ekskresi
berupa sel – sel api (aster/flame sel ).
·
sistem
reproduksi secara vegetatif dengan fragmentasi dan Memiliki daya regenerasi
yang tinggi (apabila tubuhnya terpotong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi
individu baru), dan secara generatif dengan perkawinan (bersifat
hermaprodit).
·
hidup bebas di
air tawar dan di tempat yang lembab.
Contoh :
·
Dugesia
trigina, Planaria sp (hidup
di air tawar yang tidak berpolusi). Cacing ini dapat digunakan sebagai
indikator biologis kemurnian air.
·
Biphalium
sp , hidup
di tempat lembab (di bawah lumut)
2)
Kelas Trematoda (Cacing Isap)
Ciri dan Karakteristik
·
bentuk pipih
seperti lembaran daun.
·
memiliki alat
penghisap (sucker) di bagian anterior (mulut) dan posterior (ventral tubuh),
sehingga bersifat endoparasit atau merugikan.(sucker) yang berfungsi sebagai
pengisap cairan tubuh inangnya.
·
tubuh tersusun
atas lapisan kutikula yang befungsi melindungi Trematoda dari enzim penghancur
yang dikeluarkan oleh organisme inang.
·
tidak memiliki
silia (rambut getar) tetapi diliputi kutikula.
·
sistem syarat,
respirasi, dan ekskresi sama seperti pada Planaria sp.
·
sistem
reproduksi secara generatif (bersifat hermaprodit), secara vegetatif dengan
cara partenogenesis.
Contoh :
·
Fasciola
hepatica, habitat
pada hati hewan ternak (kambing, kerbau, dan sebagainya). bentuk pipih seperti
daun, memiliki 2 alat isap, sifat kelamin hermaprodit, dan tidak
bersegmen.
·
Chlonorchis sinensis , habitat di hati manusia. ciri–ciri dan siklus hidupnya sama dengan Fasciola hepatica, dengan inang perantara Siput (Alocinma sp ) dan ikan air tawar.
keterangan:
- Reproduksi seksual Fasciola hepatica menghasilkan telur pada hati dan kemudian berpindah ke aliran darah ke empedu dan usus, kemudian keluar bersama tinja.
- Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium bersilia di tempat basah.
- Mirasidium menginfeksi inang perantara yaitu Lymnaea atau siput air.
- Mirasidium berubah menjadi sporokis di dalam tubuh inang perantara (siput air).
- Sporokis berkembang secara aseksual menjadi redia.
- Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Serkaria ini keluar dari tubuh siput dan menempel paa turmbuhan atau rumput air.
- Serkaria membentuk cacing muda atau metaserkaria.
- Metaserkaria termakan oleh hewan dan kemudian menjadi cacing dewasa di dalam organ hati
3)
Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Ciri dan Karakteristik
·
Bentuk tubuh
pipih panjang seperti pita.
·
Tubuh terbagi
atas kepala (scolex), leher (collum), dan tubuh belakang (abdomen).
Pada scolex terdapat alat kait (rostellum) dan 4 buah alat
isap (sucker) untuk melekat pada dinding usus. Abdomen terdiri
atas ruas–ruas yang masih semu (Pseudosegmen). Tiap ruas
dinamakan proglotid, yang didalamnya terdapat sistem
syaraf, respirasi, ekskresi, pencernakan, dan reproduksi. Proglotid
yang tersusun secara tidak beraturan dinamakan strobilasi(pembentukan
kuncup).
·
Tubuh
dilapisi kutikula yang tebal, dan tidak memiliki silia.
·
Belum memiliki
mulut dan alat pencernakan yang nyata.
·
Reproduksi
secara vegetatif dengan fragmentasi proglotid, dan secara generatif
dengan perkawinan. Tiap proglotid memiliki ovarium dan testis, jika terjadi
pembuahan ribuan telur dalam proglotid mengandung embrio (onkosfer).
Contoh :
·
Taenia
solium, hidup pada usus
manusia dan sebagai hospes adalah daging babi. Siklus hidupnya : proglotid yang dewasa
keluar lewat feces dan mengandung larva ankosfor, dan
menempel pada tanaman. Bila termakan oleh babi akan tumbuh menjadi heksakant.
Heksakant menembus dinding usus masuk ke aliran darah, kemudian ke
dalam otot atau jaringan lain pada babi menjadi sistiserkus. Bila sistiserkus dalam daging hewan ternak
babi termakan manusia akan menetas menjadi cacing dewasa dalam usus halus
manusia.
Daur Hidup Taenia solium
·
Taenia
saginata , parasit
pada manusia dengan perantara daging sapi. siklus hidupnya hampir sama dengan Taenia
solium.
·
Taenia
echinococcus , parasit
pada usus manusia dengan perantara binatang buas (anjing).
·
Diphylobothrium
latum , parasit
pada usus manusia dengan perantara hewan aquatik (ikan).
·
Choanotaenia
infundibulum, inang
tetapnya adalah ayam dan inang perantaranya adalah
hewan arthropoda.
4) Kelas Monogenea
Ciri dan Karakteristik
·
Monogenea hidup ektoparasit pada ikan air laut, ikan air tawar, amfibi
dan reptilia.
·
Mempunyai sistem pencernaan sederhana yang mencakup lubang mulut, usus,
serta anus. Contohnya Neobenedenia.
·
Memiliki sebuah organ mirip kait dibagian posteriornya yang disebut
haptor.
·
Hewan dewasa memiliki prohaptor
(untuk makan) dan opisthaptor (untuk
menempel)
·
Dapat ditemukan dikulit, sirip, dan insang ikan.
·
Tidak mengalami reprodukdi aseksual
·
Pada reproduksinya menghasilkan telur yang akan mengalami tahap larva, di
sebut onkomirasidium.
·
Opisaptor dilengkapi dengan duri, kait, jangkar, atau alat pengisap, dan
biasanya lebih sering digunakan untuk menempel pada tubuh inang. Contohnya gyrodactylus salaris.
G. Peranan
Platyhelminthes Dalam Kehidupan
Adapun peranan Platyhelminthes dalam
kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme
lain.
2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia
a. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air
tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat
terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati,
limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
b. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing
hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya,
spesies ini dapat menghisap darah manusia.
c. Paragonimus sp, parasit
pada paru-paru manusia.
dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis,
dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
d. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya
radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus
sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah
ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala diaree
kronis.
e. Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp.
Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
f. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica.
Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang
ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Platyhelminthes
berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing.
Jadi berarti cacing bertubuh pipih.
2. Platyhelminthes
terbagi menjadi 4
kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda (cacing hisap), dan
Cestoda (cacing pita),
dan Monogenea.
3. Platyhelminthes
yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab,
sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya
(endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
4. Platyhelminthes
tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Tubuh
pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat
dibedakan antara ujung anterior dan posterior.
5. Sistem respirasi
Platyhelminthes melalui permukaan tubuh, alat pencernaan tidak lengkap, alat
ekskresi berupa sel api, sistem saraf dengan ganglion anterior sebagai pusat
sistem saraf, reproduksi umumnya secara generatif.
6. Siklus hidup dari
Platyhelminthes parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari
kelas Trematoda, Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan
dari kelas Cestoda, Taenia saginata dan Taenia solium.
7. Peranan
platyhelminthes dalam kehidupan adalah: Planaria
menjadi salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing pita
merupakan parasit pada manusia.
B. Kritik
dan Saran
Tiada
kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah
kami susun bermanfaat bagi kita semua, Amien.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA